Semoga sahabat semua berada di dalam keadaan sihat wal-afiat, beriman, bertakwa dan bergembira di atas nikmat dan rahmat yang telah dikurniakan Allah s.w.t kepada kita semua.
Nabi s.a.w. berkata kepada Sayyidina Abu Bakar r.a. ketika Nabi dan beliau bersembunyi di Gua Tsur :
La Takhaf Wa La Tahzan. Innallaha Ma’ana
“Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Allah ada bersama kita”
Firman Allah s.w.t.
Maksudnya :"Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (darjatnya) jika kamu orang-orang yang beriman."
(Surah Ali Imran Ayat 139)
Firman Allah s.w.t.
Maksudnya : " Apakah manusia itu mengira bahawa mereka itu dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi.”
Apabila dilanda musibah atau kesedihan, Allah s.w.t. mengajar kita :
Firman Allah s.w.t maksudnya :
“(iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan :’Innaa lilaahi wa innnaa ilaihi raji’uun."
(Surah Al Baqarah ayat 156)
“Ingatlah hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(Surah Al Ra’ad ayat 28)
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(Surah Al Baqarah ayat 286)
Sahabat yang dimuliakan,
Di sini saya ingin paparkan kesedihan dan penderitaan puteri Nabi s.a.w. Fatimah Azzahrah sebelum akhir hayatnya :
Hari demi hari dilaluinya dengan penderitaan yang tak kunjung berakhir, badan puteri Nabi ini semakin teriris pedih dan tubuhnya pun semakin tak berdaya. Ketika kekuatan fizikalnya semakin lemah kerana sakit yang dideritannya. Azzahra berupaya memandikan puteranya Al-Hasan dan Al-Husain, menggantikan pakaian mereka, kemudian menghantar mereka kepada sepupunya, walaupun demikian ia berupaya menyembunyikan rasa sakitnya di hadapan kedua anakanya.
Kemudian Azzahra memanggil suami tercintanya ke sisinya seraya berkata, “Ali suamiku yang tercinta, kamu sangat mengetahui mengapa saya lakukan semua itu. Maafkan segala kesalahan saya, mereka telah demikian menderita bersama saya selama sakit saya, sehingga saya ingin melihat mereka bahagia pada hari terakhir hidupku. Wahai Ali kamu pun tahu bahwa hari ini adalah hari terakhir saya. Saya gembira tetapi juga bersedih. Saya senang bahwa penderitaan saya akan segera berakhir dan saya akan bertemu dengan ayah saya, dan sedih kerana harus berpisah denganmu. Mohon wahai Ali catatlah apa yang akan saya katakan dan kerjakanlah apa yang saya inginkan. Sepeninggal saya kamu boleh menikahi siapa saja yang kamu sukai tetapi hendaklah kamu nikahi Yamamah sepupuku, ia mencintai anak-anakku, dan Husain sangat dekat kepadanya.
Wahai Ali kuburkan saya di malam hari dan jangan biarkan orang-orang yang telah sedemikian kejam kepada saya turut menyertai penguburan saya. Jangan biarkan kematian saya mengecilkan hatimu. Kamu harus melayani Islam dan kebenaran untuk waktu yang lama. Janganlah penderitaanku memahitkan kehidupanmu. Berjanjilah pada saya wahai Ali.” Dengan berlinang air mata, Ali menjawab, “Ya wahai istriku tercinta, aku berjanji.”
Fathimah lalu berkata lagi, “Ali, saya tahu betapa engkau sangat mencintai anak-anak saya. Namun, sangatlah berhati-hati dengan Husain, ia sangat mencintai saya dan ia akan sangat sedih kehilangan saya. Jadilah ibu baginya. Hingga menjelang sakit saya ini, ia biasa tidur ke dada saya, dan sekarang ia kehilangan itu.”
Ali sedang mengelus-elus tangan yang patah itu, tak kuasa menahan airmatanya hingga tetesannya terjatuh ke tangan istrinya. Fathimah mengangkat wajahnya seraya berkata, “Jangan menangis wahai suamiku, saya tahu dengan wajah lahirmu yang tampak kasar betapa lembut hatimu, engkau telah menderita terlalu banyak dan masih akan menderita lebih banyak lagi.”
Di malam terakhir kehidupunnya didunia yang fana ini, sambil menahan rasa sakit yang menimpanya, Sayyidah Fathimah Azzahra menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berdoa untuk pengikut dan pencinta setia keluarga Nabi. Dengan menyebut ayah, suami, dan putera-puteranya beliau memohon kepada Allah Jalla wa 'Ala', “Wahai Tuhan-ku, sungguh aku memohon kepada-Mu melalui Muhammad al-Musthofa dan kerinduannya kepadaku, melalui suamiku Ali al-murtadho serta dukanya terhadapku, melalui al-Hasan al-Mujtaba dan tangisannya atasku, melalui puteraku al-Husain As Syahid dan kedukaannya terhadapku, melalui puteri-puteriku dan duka mereka semua atasku. Sungguh Engkaulah yang paling pengasih dari segala yang mengasihi. Tuhanku, Penghuluku, aku bermohon kepada-Mu melalui orang orang pilihan-Mu dan tangisan putera-puteraku kerana berpisah denganku, agar Engkau mengampuni para pendosa dan ahli maksiat dari pengikut keturunanku.”
Inilah satu kisah sedih yang berlaku kepada keluarga Nabi s.a.w di sa'at kematian Sayyidah Fatimah Azzahra. Setiap yang hidup akan mati , dan kematian akan datang bila-bila masa.
Oleh itu hadapilah segala ujian dan dugaan dan bersabar dan bertenanglah menghadapinya. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar".....
0 komentar:
Posting Komentar